Apa itu kemoterapi..??

Untuk menangani pasien kanker diperlukan pengertian dan integrasi dari proses-proses penyakit , kemungkinan terapi yang ada perasan serta sikap pasien sendiri.

Riwayat alami dari keganasan itu sangat berbeda satu dengan yang lain tergantung dari faktor-faktor histologi, stadium tumor, usia pasien, dan masalah medis dasar lainnya. Kemajuan kombinasi kemoterapi, radioterapi, terapi hormonal atau biologic seperti immuno terapi, telah merintis cara-cara baru dalam terapi antitumor.

Berkat perubahan tersebut, banyak tumor yang sebelumnya taktertangani dan kurang responsive kini semakin baik.

Kecuali itu sikap pasien terhadap kanker sering sangat dipengaruhi oleh pengalaman orang lain. Media massa, anggota keluarga dan teman. Karena itu pasien kanker perlu didekati secara hati-hati dan cermat, sambil mengembangkan rencana terapi yang terperinci.

Pengertian Kemoterapi adalah mengobati kanker dengan tujuan keseluruh tubuh atau efek sistemik dengan obat-obatan atau dengan bahan kimia yang dapat menghentikan siklus kehidupan sel kanker dan juga dapat menghambat dan menghancurkan inti sel untuk membelah diri.

Kemoterapi dengan nama lain sebagai antitumor, sitostatika, ataupun racul sel. Kemoterapi selain berefek terhadap sel kanker juga terhadap sel normal yang memepunyai tingkat pertumbuhan cepat, seperti folikel rambut, mukosa saluran cerna, system reproduksi (sel indung telur, seperma), jaringan pembentuk darah. Sitostatika yang diberikan akan terkumpul pada jaringan tertentu ( missal:Tumor)menyebabkan toksisitas (keracunan) yang khas dengan akibat kerusakan serius pada orang tersebut. Apabila toksisitas terlalu berat dapat mengancam kehidupan sehingga pasien meninggal.

Prinsip Kemoterapi adalah pemberian sitostatika yang efektif dengan toksisitas yang minimal sampai sedang. Pemberian kemoterapi dapat melalui parenteral intravena, intraarteri, intratekal, atau peroral. Selama pemberian Sitostatika pasien harus diingatkan akan adanya efek samping ataupun toksisitas yang mungkin timbul seperti rambut rontok, muntah/mencret, hemoglobin, leukosit dan trombosit dapat menurun.

Pengetahuan dan penerapan kemoterapi saat ini telah berkembang dengan pesat, semenjak pertama kali digunakannya mustar nitrogen untuk pasien dengan keganasan hematologi pada tahun 1943. Kemoterapi salah satu modalitas pengobatan tumor solid selain pembedahan, radioterapi, terapi hormonal, dan terpai biologi.

Perkembangan pengetahuan dan aplikasi tekhnik mendukung penemuan obat-obatan baru yang lebih efektif membunuh sel kanker yang resisten dengan obat kemoterapi konvensional.

Salah satu hal penting yang harus dihadapi dalam melakukan kemoterapi adalah bagaimana agar dosis yang efektif dapat diberikan. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan kemoterapi adalah pilihan rejimen pengobatan, dosis, cara pemberian dan jadwal pemberian.

Sedangkan yang harus diperhatikan pada pasien adalah usia, jenis kelamin, permofans, status, sosioekonomi, status gizi cadangan sum-sum tulang, serta fungsi paru, ginjal, hati, jantung dan penyakit penyerta lain. Faktor yang berhubungan dengan tumor adalah jenis dan derajat histologi, tumor primer atau metatastasis, ukuran tumor serta adanya efusi.

Kontra indikasi absolut pemberian kemoterapi adalah penyakit terminal (harapan hidup sangat pendek), kehamilan trimester pertama, septicemia, koma.
Kontraindikasi relative adalah bayi dibawah 3 bulan, usia tua, teruatama pada pasien dengan tumor yang tumbuh lambat dan kurang sensitive terhadap kemoterapi, status performans buruk, terdapat gagal organ yang parah, metastasis otak ( jika tak dapat diobati dengan radioterapi), demensia, pasien tidak dapat dating secara regular, pasien tidak kooperatif serta jenis tumornya resisten terhadap obat anti-kanker.

Pemberian kemoterapi merupakan peranan dari multidisiplin seperti peranan konsultan hematologi dan onkologi medik, peranan dari dokter spesialis penyakit dalam, dokter keluarga, peran perawat, peran farmasi rumah sakit, dan peranan pasien dan keluarga yang berhak untuk menerima atau menolak pengobatan dengan kemoterapi.

Obat Sitostatika menyerang sel-sel kanker yang sifatnya cepat membelah. Namun, terkadang obat ini juga memiliki efek terhadap sel-sel tubuh normal yang juga mempunyai sifat cepat membelah seperti rambut, mukosa(selaput lender), sum-sum tulang, kulit dan sperma.

Obat ini juga bersifat toksik pada beberapa organ seperti jantung, hati,ginjal dan sistem syaraf. Toksisitas dini terjadi beberapa jam sampai beberapa hari setelah diberikannya terapi dan biasanya berkaitan dengan pengaruh sitotoksik pada sel-sel yang aktif membelah diri pada sum-sum tulang, epitel saluran cerna,kulit dan rambut.

Efek lambat berlangsung selang beberapa minggu, bulan atau tahun dan lebih menyerang organ-organ tertentu seperti jantung, paru-paru, ginjal dan sebaginya. Beberapa jenis toksisitas terjadi apabila pasien terpapar berulang kali atau menerima dosis kumulatif.

Komplikasi agen kemoterapi yang paling sering membahayakan jiwa adalah supresi sum-sum tulang yang ditandai dengan trombositopenia, anemia dan leucopenia. Kebanyakan agen kemoterapi juga memiliki efek mukositis yang dapat terjadi pada rongga mulut sampai dengan rektum. Umumnya terjadi pada hari ke-5 sampai 7 setelah kemoterapi.

Mukositis dapat menyebabkan infeksi skunder, asupan nutrisi yang buruk, dehidrasi, penambahan lama waktu perawatan dan meningkatkan biaya perawatan. Untuk mencegah terjadinya infeksi skunder maka kebersihan mulut harus dijaga. Hati-hati dalam pemakaian gigi palsu dan memiliki sikat gigi dengan bulu yang halus. Memelihara nutrisi dan gigi yang baik.

Setiap habis makan, mulut dibersihkan dan berkumur dengan antiseptik. Bila infekksi skunder telah terjadi maka infeksi harus diobati dengan obat yang sesuai.

Mual dan muntah terjadi karena peradangan dari sel-sel mukosa yang melaipisi saluran cerna (mukositis). Muntah dapat terjadi secara akut (0-24 jam setelah kemoterapi ) atau tertunda (24-96 jam setelah kemoterapi). Mual merupakan efek samping kemoterapi yang paling sering dapat disertai atau tanpa muntah.

Diare disebabkan karena kerusakan sel epitel saluran cerna sehingga absorpsi tidak adekuat. Pasien dianjurkan makan rendah serat, tinggi protein, dan minum cairan yang banyak.

Toksisitas kulit utama akibat kemoterapi adalah alopesia (kebotakan), dan meskipun kondisi ini tidak membahayakan jiwa tapi sangat menggangu. Produksi rambut pada folikel selama kemoterapi, menghasilkan batang rambut yang tipis dan lemah, muncul dari permukaan kulit dan mudah patah. Biasanya digunakan tutup kepala untuk menutupi rontoknya rambut.

Pemulihan total akan terjadi setelah terapi dihentikan. Pada beberapa pasien, rambut dapat tumbuh kembali pada saat terapi masih berlangsung. ( dikutip dari Harian Analisa oleh : dr.Anyta P. Pardede. )